Judul Inovasi
Menumbuhkan Kebisaan Dan Kebiasaan Bekerja Sistematis, Efisien Dan Efektif Di Kalangan Siswa Smk Melalui Kelas Budaya Industri
Nama Sekolah
SMKN 1 MADIUN - KOTA MADIUN
Mulai Pelaksanaan
12 Aug 2019
Ringkasan Inovasi
Latar belakang program kelas
budaya industri di SMK Negeri 1 Madiun ini adalah kenyataan bahwa tingkat
pengagguran di Indonesia saat ini masih relatif tinggi, dan didominasi oleh
tenaga kerja dengan latar belakang pendidikan SMK. Ironisnya, dunia usaha/dunia
industri di lain pihak kesulitan mencari tenaga kerja lulusan SMK yang memenuhi
kriteria. Sebagian besar (sekitar 80%) karena tidak bisa memenuhi tingkat
inteligensia dan ‘mindset’ serta mentalitas kerja yang dituntut oleh dunia
industri/dunia usaha.
Program ini sebagai bentuk
kerjasama antara SMK Negeri 1 Madiun dan Yayasan Toyota dan Astra pada
hakikatnya adalah ikhtiar untuk menyelaraskan atau men-sinkron-kan praktek
pengajaran di sekolah menengah kejuruan dengan ‘idiom’ (yaitu: cara merasa,
cara berpikir, cara bekerja dan kinerja) dunia usaha/dunia industri.
Mengingat pengajaran di
sebagian besar sekolah menengah kejuruan (terutama di pulau Jawa) dinilai sudah
cukup memadai dalam membekali peserta didiknya dengan pengetahuan sebagai
disiplin teoritis dan pengetahuan sebagai disiplin praktis, penyelarasan yang
dimaksud akan lebih difokuskan pada aspek pengajaran yang masih dirasakan
sangat lemah, yaitu kemampuan sekolah membekali peserta didiknya dengan
pengetahuan sebagai disiplin produktif, yang diukur dengan kriteria kecakapan
kerja.
Tetapi kecakapan kerja dalam
hal ini bukan semata dan bukan terutama masalah ketrampilan atau kompetensi
teknis tertentu, melainkan lebih ke mentalitas bekerja sistematis, efisien dan
efektif yang harus diakui membutuhkan waktu lebih lama dan upaya yang sangat
lebih intens daripada mengajarkan ketrampilan atau kompetensi teknis.
Dengan telah terbentuknya
mentalitas semacam itu, mereka akan ‘lebih siap pakai’ dalam arti bahwa mereka
sudah jauh lebih siap untuk ‘diisi’ dengan ‘fundamental skills’ lainnya ataupun
ketrampilan teknis tertentu yang spesifik dengan jenis pekerjaan yang akan
mereka tangani di dunia industri, baik lewat pelatihan di tempat kerja
(on-the-job training) maupun pelatihan khusus.
Latar Belakang
Penyemaian mentalitas siswa yang berbudaya
industri akan
dilakukan dengan mengintegrasikan secara konsisten praktek-praktek yang
merupakan manifestasi wawasan budaya industri yang meliputi antara lain
prinsip-prinsip:
·
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin);
·
Keselamatan Kerja (Duga-Bahaya);
·
Kerja-sama kelompok;
·
Orientasi pada kualitas proses dan hasil kerja
·
‘Kaizen’ (perbaikan/penyempurnaan secara terus-menerus); dan,
·
Pemecahan masalah secara sistematis
dalam langkah-langkah pembelajaran, terutama
dalam pembelajaran praktek yang merupakan porsi terbesar pembelajaran di
sekolah menengah kejuruan.
Rincian praktek-praktek yang dimaksud adalah “Praktek-Praktek Yang Harus Diintegrasikan di
Kelas Budaya Industriâ€
Mempertimbangkan tingkat inteligensia
siswa-siswa sekolah menengah kejuruan, penyemaian itu akan dilakukan secara
selektif pada siswa-siswa yang terpilih (lewat seleksi sesuai kriteria yang
ditentukan) masuk Kelas Budaya Industri.
Kesesuaian
Kelas Budaya Industri ini dibentuk mulai tahun
ajaran 2018/2019 di kelas XI (dan mulai tahun ajaran 2019/2020 seterusnya juga
di kelas XII setelah siswa-siswa kelas XI Kelas “Budaya Industri†YTA tahun
ajaran 2018/2019 naik kelas) dengan siswanya adalah siswa-siswa yang naik dari
kelas X yang lolos seleksi sesuai kriteria yang ditentukan.
Jumlah siswa kelas Budaya Industri disesuaikan
dengan jumlah siswa yang berhasil lolos seleksi seperti dimaksud di atas tetapi
dengan mengacu juga pada ketentuan jumlah siswa minimum dan maksimum dalam satu
kelas seperti yang digariskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud).
Kontribusi
Kelas
Budaya Industri ini bisa dan boleh dibentuk di jurusan apapun yang ada di
sekolah-sekolah itu. Jadi tidak tertutup kemungkinan bahwa di satu sekolah ada
kelas Budaya Industri TKR/Otomotif (di jurusan TKR/Otomotif), kelas Budaya
Industri Permesinan (dijurusan Permesinan), kelas Budaya Industri Pengelasan
(di jurusan Pengelasan), dan seterusnya.
Tujuan
program kelas budaya industri SMK Negeri 1 madiun bekerja sama dengan Yayasan Toyota dan Astra adalah untuk
menyemaikan mentalitas yang kondusif bagi munculnya kebisaan dan kebiasaan
bekerja sistematis, efisien dan efektif di kalangan siswa-siswa kelas budaya
industri. Dengan telah terbentuknya mentalitas semacam itu, lulusan kelas
budaya industri akan lebih mudah masuk ke atau diserap oleh dunia usaha/dunia
industri. Bisa dikatakan dengan demikian bahwa ‘ending’ kelas budaya industri
adalah bahwa lulusannya akan bisa bekerja di bidang yang sesuai dengan
kompetensi mereka alias tidak akan ada yang menganggur atau yang bekerja di
luar bidang kompetensi mereka.
Deskripsi
Pembelajaran di kelas Budaya Industri ini akan
diselenggarakan menggunakan kurikulum resmi kelas Budaya Industri, yang
merupakan perpaduan kurikulum nasional yang berlaku saat ini dan muatan budaya
industri.
Muatan lokal budaya industri yang merupakan
unsur kurikulum yang spesifik kelas Budaya Industri dimaksudkan sebagai metode
dan cara untuk menumbuhkan kebisaan dan kebiasaan bekerja sistematis, efisien
dan efektif. Pilar utama muatan lokal budaya industri adalah pengenalan,
pemahaman dan penerapan secara benar dan konsisten praktek-praktek yang
merupakan manifestasi wawasan budaya industri yang meliputi antara lain
prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, yaitu: 5R; Keselamatan Kerja
(Duga-Bahaya); Kerja-sama kelompok; Orientasi pada kualitas proses dan hasil
kerja; ‘Kaizen’ (penyempurnaan secara terus-menerus); dan, Pemecahan masalah
secara sistematis.
Perlu digaris-bawahi bahwa karena metode
pembelajaran seperti itu lebih menyasar ke pembentukan mentalitas/budaya,
pembelajaran harus dilakukan secara sistematis dengan penekanan bukan pada
penghafalan prinsip-prinsipnya saja tetapi juga dan terlebih pada pemahaman,
penghayatan falsafah serta nilai-nilai (core value) yang melandasi masing-masing prinsip itu. Dan itu
mutlak harus ditindak-lanjuti dengan pemraktekannya secara benar dan konsisten
pada aktivitas sehari-hari di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
atau dengan kata lain, di tempat aktivitas pembelajaran. Pemraktekan secara
benar dan konsisten prinsip-prinsip itu di tempat aktivitas pembelajaran akan
bermuara pada perubahan perilaku, yang kalau terus ditanamkan dan dijaga akan
menjadi kebiasaan, yang pada gilirannya akan menjadi mentalitas dan kemudian
budaya.
Nilai Inovatif
Program ini, sejauh yang diketahui, belum
pernah dilakukan sebelumnya oleh siapapun dan di manapun juga di Indonesia
sehingga belum ada preseden yang bisa dirujuk atau dipakai sebagai ‘bench mark’. Apalagi, karena program ini
tidak terutama berkaitan dengan pembentukan kompetensi atau ketrampilan yang
lebih bersifat teknis melainkan lebih merasuk ke dalam lagi ke pembentukan
mentalitas, atau lebih luas lagi pembentukan budaya, yang sasaran akhirnya
adalah perubahan perilaku, program ini beresiko menghadapi resistensi kuat dari
kalangan siswa serta tidak konsistennya komitmen dari pihak pengelola sekolah.
Dengan demikian masih menjadi tanda-tanya besar apakah program ini bisa
berjalan efektif, dan apakah program ini akan bisa mencapai tujuan atau sasaran
yang diharapkan pada akhirnya nanti.
Sumber Daya
Yang mengajarkan wawasan budaya industri di Kelas Budaya Industri
adalah guru-guru yang dimotori oleh guru-guru yang sudah dilatih oleh YTA
secara intensif dalam kurun waktu antara Januari – Juni 2018
Strategi Inovasi
Evaluasi akan dilakukan secara berkala oleh
tim evaluasi dari YTA, baik secara terjadwal maupun ‘dadakan’ (sidak) dan lebih
diarahkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran (terutama pembelajaran muatan
budaya industri) dalam menghasilkan perubahan perilaku siswa ke arah yang
diinginkan, yaitu perilaku yang selaras dengan prinsip-prinsip yang disebutkan
di atas. Perubahan perilaku semacam itu merupakan tolok ukur yang krusial dari
efektivitas pembelajaran muatan budaya industri. Hasil evaluasi itu akan
dibahas bersama oleh YTA dan pihak sekolah yang bersangkutan untuk menentukan
langkah yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah tersebut. Hasil evaluasi dari
seluruh sekolah yang diikutkan dalam ‘uji-coba’ akan dikaji dan dianalisa pada
setiap akhir semester oleh YTA bersama unsur pimpinan dan sekolah-sekolah itu
untuk menentukan apa-apa yang perlu dikoreksi/diperbaiki dan disempurnakan pada
pembelajaran di semester berikutnya.
Pada akhir periode uji-coba, evaluasi hasil
pembelajaran akan dilakukan dengan lebih intensif dalam rangka menentukan
apakah uji-coba berhasil sehingga metode pembelajaran bisa dibakukan ataukah
masih perlu diperpanjang untuk mencapai hasil yang lebih mantap.
Pelaksanaan Dan Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan secara berkala oleh
tim evaluasi dari YTA, baik secara terjadwal maupun ‘dadakan’ (sidak) dan lebih
diarahkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran (terutama pembelajaran muatan
budaya industri) dalam menghasilkan perubahan perilaku siswa ke arah yang
diinginkan, yaitu perilaku yang selaras dengan prinsip-prinsip yang disebutkan
di atas. Perubahan perilaku semacam itu merupakan tolok ukur yang krusial dari
efektivitas pembelajaran muatan budaya industri. Hasil evaluasi itu akan
dibahas bersama oleh YTA dan pihak sekolah yang bersangkutan untuk menentukan
langkah yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah tersebut.
EVALUASI INTERNAL DAN EKSTERNAL
Evaluasi akan dilakukan secara berkala oleh prisnipal yaitu tim evaluasi dari YTA baik secara terjadwal (6 bulan sekali) maupun ‘dadakan’ (sidak) dan lebih diarahkan
untuk mengukur efektivitas pembelajaran (terutama pembelajaran muatan budaya
industri) dalam menghasilkan perubahan perilaku siswa ke arah yang diinginkan,
yaitu perilaku yang selaras dengan prinsip-prinsip yang disebutkan di atas.
Hasil Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan secara berkala oleh tim evaluasi dari YTA, baik secara terjadwal maupun ‘dadakan’ (sidak) dan lebih diarahkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran (terutama pembelajaran muatan budaya industri) dalam menghasilkan perubahan perilaku siswa ke arah yang diinginkan, yaitu perilaku yang selaras dengan prinsip-prinsip yang disebutkan di atas. Perubahan perilaku semacam itu merupakan tolok ukur yang krusial dari efektivitas pembelajaran muatan budaya industri. Hasil evaluasi itu akan dibahas bersama oleh YTA dan pihak sekolah yang bersangkutan untuk menentukan langkah yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah tersebut.
Covid-19
Pandemi Covid-19 membuat
umat manusia di seluruh dunia mesti beradaptasi dengan situasi yang baru agar
tetap sehat dan selamat di tengah melakukan rutinitas sehari-hari.
Model adaptasi yang
dilakukan di berbagai sekolah berbeda-beda. Setidaknya,
terdapat beberapa kunci yang membuat
dampak pandemi Covid-19 terhadap pendidikan kelas budaya industri dapat
diminimalkan.
Pertama,
mengembangkan rencana kontinjensi. Rencana kontinjensi ini mengatur semua hal
mulai dari cara menjamin keselamatan para siswa hingga memastikan hak
pendidikan mereka terpenuhi. Dalam pengembangan rencana kontinjensi, otoritas
pendidikan setempat serta sekolah juga berdiskusi dengan para pakar kesehatan
untuk mendapat masukan mengenai apa saja yang harus diterapkan di sekolah.
Kedua, menciptakan tim pencegahan
penyakit di sekolah untuk mendorong penerapan protokol kesehatan dan
keselamatan. Tim ini juga bertugas menyebarkan cara-cara mencegah penyakit,
memonitor status kesehatan para siswa dan staf di sekolah, dan melaporkan
apabila ada warga sekolah yang terindikasi terjangkit Covid-19.
Ketiga, memonitor kondisi
sosial dan emosional para guru dan siswa dengan harapan agar pandemi ini tidak
meruntuhkan moral mereka sehingga tetap dapat menjalankan proses pembelajaran
secara optimal.
Terakhir, mengurangi
ketergantungan terhadap pertemuan tatap muka, khususnya bagi di bidang
pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan kapasitas untuk
pelaksanaan metode belajar hybrid. Mengingat kelas budaya industry pada
hakelaktnya aalah 70 % praktek
Pemangku Inovasi
Dalam hal pelaksanaan
kelas khusus budaya industri ini Yayasan Toyota dan Astra selaku prinsipal merupakab pihak yang
merancang, mempersiapkan dan mengevaluasi program ini, sedangkan pihak sekolah
dalam hal ini SMK Negeri 1 Madiun didukung oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Timur melalui Cabang Dinasnya bertindak sebagai eksekutor lapangan.
Evaluasi akan dilakukan secara berkala oleh prisnipal yaitu tim evaluasi dari YTA baik secara terjadwal (6 bulan sekali) maupun ‘dadakan’ (sidak) dan lebih diarahkan
untuk mengukur efektivitas pembelajaran (terutama pembelajaran muatan budaya
industri) dalam menghasilkan perubahan perilaku siswa ke arah yang diinginkan,
yaitu perilaku yang selaras dengan prinsip-prinsip yang disebutkan di atas.
Faktor Penentu
Uji coba
ini akan dilakukan di Pelaksanaan kelas budaya industri ini dilakukan oleh
prinsipal yaitu yayasan Toyota dan Astra di 15 SMK yang pengelolanya dinilai berdasarkan pengamatan empiris , memiliki idealisme, komitmen dan militansi
untuk memajukan atau meningkatkan kualitas hasil kegiatan belajar-mengajar di sekolah mereka masing-masing. 15 sekolah tersebut
salah satunya adalah SMK Negeri 1 Madiun. Dari 15 sekolah tersebut dalam
perkembangngannya tentu saja ada yang berhasil ada yang gagal, ada yang stagnan
dan ada yang survive. SMK Negeri 1 termasuk salah satu sekolah yang tetap
survive melaksanakan progarm ini . hal ini ditandai dengan pada tahun ini
mengirimkan 4 perwakilannnya untuk
melanjutkan beasiswa pendidikannya di Akademi Toyota Indonesia. Sekolah
terbanyak uang mengirimkan perwakilannya diantara 15 sekolah pilot project.
Dalam hal ini
jelas peran sekolah sangat menentukan
keberhasilan program ini. Adapun kendala utama program ini adalah pandemi
global covid 19 yang telah membuyarkan semua rencana yang disusun sehngga pihak
sekolah dan prinsipal harus menata ulang programnya